Kamis, Oktober 15, 2009

Ketika Sultan Dinasehati

Ibnu al-Simak bercerita bahwa suatu hari ia menemui Khalifah Harun Al-Rasyid untuk menasehatinya. Khalifah Harun Al-Rasyid termashur di dunia Islam karena katakwaannya dan keadilannya dalam memerintah. Kepada khalifah, Ibnu Simak berkata: “Bertakwalah engkau kepada Allah ya Amirul Mukminin. Ketahuilah, engkau kelak akan dihadapkan pada Mahkamah Allah dan engkau akan menghuni salah satu tempatnya: surga atau neraka.” Mendengar itu, Harun Al-Rasyid menangis hingga jenggotnya basah oleh airmatanya. Kemudian, datang Al-Fhadil bin Rabi’ mendekati Ibnu Simak dan berkata: “Subhanallah, adakah kesangsian akan masuk surganya Amirul Mukminin dengan keadilannya memimpin dan ketakwaannya kepada Allah?” Tapi, Ibnu Simak tidak memperdulikannya, ia kemudian melanjutkan nasehatnya: “Wahai Amirul Mukminin, demi Allah, sesungguhnya orang ini (al-Fadhl) tidak akan menemanimu pada hari itu kelak. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah dirimu.” Harun Al-Rasyid kembali menangis keras hingga rasa iba muncul dari orang-orang di sekelilingnya, sementara Fadhil diam, tidak bisa berkata-kata lagi.[]

Subhanallah … seorang sulthan (raja) seperti itu sikapnya ketika menerima nasehat. Dan walaupun begitu shaleh dan adilnya memerintah, ketika dinasihati ia diam dan menangis haru. Betapa basah hatinya!! Bagaimanakah kita ketika menerima nasihat?? Mudah-mudahan ada rasa malu membaca kisah ini.

Tidak ada komentar: